TATA CARA SHALAT KHUSUF (GERHANA BULAN)
Disini saya akan sedikit menjelaskan tentang tata cara shalat khusuf (gerhana bulan). Karena masih banyak umat islam yang mungkin pernah melakukan shalat ini akan tetapi belum mengetahui tata cara dan sebagainya. Untuk itu mari kita simak sedikit penjelasan tentang shalat khusuf(gerhana bulan).
SEMOGA BERMANFAAT :)
Disini saya akan sedikit menjelaskan tentang tata cara shalat khusuf (gerhana bulan). Karena masih banyak umat islam yang mungkin pernah melakukan shalat ini akan tetapi belum mengetahui tata cara dan sebagainya. Untuk itu mari kita simak sedikit penjelasan tentang shalat khusuf(gerhana bulan).
Sebagaimana kita mengetahui bahwa
gerhana matahari dan bulan merupakan fenomena alam yang tidak seperti
biasanya, maka Allah Ta’ala mensyariatkan atas kita melalui lisan
Nabi-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam untuk melaksanakan shalat
gerhana. Pada gerhana matahari biasanya disebut dengan shalat
kusuf, sedangkan pada gerhana bulan dengan shalat
khusuf. Namun terkadang kedua nama tersebut memiliki arti
yang sama. Artinya kusuf bisa digunakan untuk gerhana matahari dan
bulan, begitu juga khusuf.
Pada malam ini, Ahad 15 Muharram 1433 H,
Insya Allah akan terjadi gerhana bulan total. Gerhana ini dapat
disaksikan di seluruh wilayah di Tanah Air. Karenanya, kaum muslimin
yang menyaksikan gerhana tersebut disyariatkan untuk mengerjakan shalat
khusuf. Kaifiyahnya, memiliki sedikit perbedaan dari shalat pada
umumnya. Karenanya perlu kami suguhkan lagi tulisan berkaitan dengan
tata cara shalat gerhana ini.
Tidak ada perselisihan di antara ulama,
shalat gerhana dikerjakan dua rakaat. Dan pendapat yang masyhur dari
pelaksanaannya adalah pada setiap rakaatnya dua kali berdiri, dua kali
bacaan, dua kali ruku', dan dua kali sujud. Ini adalah pendapat Imam
Malik, Imam al-Syafi'i, dan Imam Ahmad rahimahumullah. Argument
mereka sebagai berikut:
Pertama:
Hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, ia mengatakan: "Terjadi
gerhana matahari pada zaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
lalu beliau shalat dan orang-orang mengikuti shalat beliau. Kemudian
beliau berdiri dalam waktu yang sangat panjang sepanjang sekitar bacaan
surat Al-Baqarah. Kemudian beliau ruku' dengan ruku' yang sangat
panjang. Kemudian beliau berdiri cukup panjang, namun lebih pendek dari
yang pertama. Kemudian beliau ruku' dengan ruku' yang cukup panjang,
namun lebih pendek daripada ruku' yang pertama." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Kedua: Hadits
Aisyah Radhiyallahu 'Anha, "Bahwa Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam mengerjakan shalat pada saat terjadi gerhana
matahari. Kemudian beliau berdiri lalu bertakbir, lantas membaca bacaan
yang sangat panjang. Kemudian ruku' dengan ruku' yang sangat panjang,
kemudian mengangkat kepalanya sambil berucap, SAMI'ALLAHU LIMAN
HAMIDAH. Beliau tetap berdiri seperti itu, kemudian membaca bacaan
yang sangat panjang, tetapi lebih pendek dibandingkan bacaan yang
pertama. Kemudian beliau ruku' dengan ruku' yang sangat panjang, tetapi
tidak sepanjang ruku' yang pertama. Kemudian beliau sujud dengan sujud
yang panjang. Beliau melakukan itu pada rakaat kedua, kemudian
mengucapkan salam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketiga: Hadits
jabir Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Pernah terjadi gerhana
matahari pada masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada
hari yang sangat panas. Kemudian beliau shalat bersama para sahabatnya
dengan memperpanjang berdiri hingga membuat mereka jatuh tersungkur.
Kemudian beliau ruku' dengan panjang, lalu mengangkat kepalanya dan
berdiri dengan masa yang panjang. Kemudian beliau ruku' kembali dengan
ruku' yang panjang. Kemudian beliau sujud dua kali, lalu berdiri
kembali. Beliau mengulanginya seperti rakaat pertama. Jadi shalat
tersebut, empat kali ruku' dan empat kali sujud." (HR. Muslim, Abu
Dawud, al-Nasai, dan Ahmad)
Jadi dapat diringkas dari tata cara
pelaksanaan shalat gerhana sebagai berikut:
- Bertakbir, membaca istiftah, Isti'adzah, al-Fatihah, kemudian membaca surat yang panjang, setara surat Al-Baqarah.
- Ruku' dengan ruku' yang panjang (lama).
- Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan Sami'Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
- Tidak langsung sujud, tetapi membaca kembali surat Al-Fatihah dan surat dari Al-Qur'an namun tidak sepanjang pada bacaan sebelumnya.
- Ruku' kembali dengan ruku' yang panjang tapi tidak sepanjang yang pertama.
- Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan, Sami'Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
- Sujud, lalu duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali.
- Kemudian berdiri untuk rakaat kedua, dan caranya seperti pada rakaat pertama tadi.
Catatan:
* Disunnahkan
pelaksanaan shalat gerhana di masjid, tidak ada azan atau iqomah
sebelumnya, hanya panggilan “Al-Shalatul Jami'ah.”
Dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha,
"Bahwa telah terjadi gerhana matahari di zaman Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam lalu beliau mengutus seorang untuk menyeru
“Al-Shalatul Jami'ah,” maka mereka berkumpul dan beliau maju bertakbir
dan shalat dua rakaat dengan empat ruku' dan empat sujud." (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amr, ia
mengatakan: "Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam, diserukan “Al-Shalatul Jami'ah”. (HR.
Al-Bukhari)
* Disunnahkan Imam
untuk memberikan nasihat kepada manusia dengan berkhutbah setelah
shalat, memperingatkan mereka agar tidak lalai dan memerintahkan mereka
supaya memperbanyak doa, istighfar, dan amal shalih. Hal ini didasarkan
pada hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, "Ketika Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam sudah selesai dari shalat, beliau berdiri dan
berkhutbah kepada jama'ah. Beliau memuji Allah dan menyanjungnya.
Kemudian beliau mengatakan,
إِنَّ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ
لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا
اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا ثُمَّ قَالَ يَا أُمَّةَ
مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنْ اللَّهِ أَنْ يَزْنِيَ
عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِيَ أَمَتُهُ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ لَوْ
تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
"Sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak
mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena
hidupnya seseorang. Maka jika kalian melihatnya bersegeralah berdoa
kepada Allah, bertakbirlah, shalat dan bersedekahlah. Kemudian
beliau bersabda: Wahai Umat Muhammad, demi allah, tidak ada seorangpun
yang lebih pencemburu daripada Allah. (Dia cemburu) hamba sahaya
laki-laki dan hamba sahaya perampuan-Nya berzina. Wahai umat Muhammad,
demi Allah kalau saja kalian tahu apa yang aku ketahui niscaya kalian
sedikti tertawa dan banyak menangis." (HR. Al-Bukhari)
Maknanya, tidak ada yang lebih banyak
mencela perbautan keji (zina) daripada Allah Ta'ala. Yang ini
mengindikasikan, bahwa Allah akan menghukum pelaku zina di dunia dan
akhirat, atau di salah satunya. Ini memiliki korelasi dengan perintah
untuk memperbanyak istighfar, zikir, doa, shalat dan shadaqah, karena
maksiat adalah sebab utama datangnya bala' dan musibah, dan maksiat yang
paling hina adalah berzina. (Diringkaskan dari ketarangan Ibnul Hajar
dalam Fath al-Baari, Bab Shadaqah fi al-Kusuf). Wallahu Ta'ala A'lam.SEMOGA BERMANFAAT :)